Senin, 26 Desember 2016

Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons



Fungsi adalah “suatu gugusan aktivitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem” (Rocher, 1975: 40). Menggunakan definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperatif fungsional yang diperlukan (atau menjadi ciri) seluruh sistem –adaptasi (A [adaptation] ), pencapaian tujuan (G [goal attainment] ), integrasi (I [integration] ), dan latensi (L [latency] ), atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperatif fungsional tersebut disebut sebagai skema AGIL. Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut:
1.      Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Pencapaian tujuan: sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.
3.      Integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponen-komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A, G, L).
4.      Latensi (pemeliharaan pola): sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Tentang keempat sistem  tindakan, akan dijabarkan bagaimana Parsons menggunakan AGIL
Organisme behavioral adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan dan mengubah dunia luar. Sistem kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang digunakan untuk mencapainya.
            Dalam hal lingkungan sistem tindakan, level terendah, yaitu lingkungan fisik dan organik, terdiri dari unsur-unsur tubuh manusia, anatomi dan fisiologi yang sifatnya nonsimbolis. Level tertinggi, yaitu realitas hakiki, seperti dikatakan Jackson Toby, merupakan “bagian metafisis,” namun Toby juga berargumen bahwa Parsons “tidak terlalu banyak merujuk kecenderungan supranatural ketimbang kecenderungan universal masyarakat untuk mengatasi secara simbolis ketidakpastian, perhatian, dan tragedy eksistensi umat manusia di tengah organisasi sosial yang sarat beragam makna” (1977: 3).
            Konsepsi Parsons tentang sistem sosial dimulai dari level mikro, yaitu interaksi antara ego dengan alter ego, yang didefinisikan sebagai bentuk paling dasar dari sistem sosial. Parsons mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut:
Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi kea rah “optimalisasi kepuasan” dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk hubungan satu sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang berstruktur secara kultural dan dimiliki bersama.
(Parsons, 1951: 5-6)
Definisi ini berusaha mendefinisikan sistem sosial berdasarkan konsep-konsep kunci dalam karya Parsons –aktor, interaksi, lingkungan, optimisasi kepuasan, dan kebudayaan.[1]



[1] George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, 2014, hlm. 257-259

Tidak ada komentar:

Posting Komentar