Menurut
Jansen, dalam kenyataan banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan remaja
maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
faktor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Teori-teori asal mula kelainan perilaku remaja dapat digolongkan dalam dua
jenis, yaitu teori psikogenik dan teori biogenik. Teori psikogenik menyatakan
bahwa kelainan perilaku disebabkan oleh faktor-faktor di dalam jiwa remaja itu
sendiri. Sementara itu, teori biogenik menyatakan bahwa kelainan perilaku
disebabkan oleh kelainan fisik atau genetik (bakat) (Jensen, 1985: 421).
Cara pembagian faktor penyebab
kelainan perilaku anak dan remaja dikemukakan pula oleh orang-orang lain,
seperti antara lain oleh Philip Graham. Philip Graham lebih mendasarkan
teorinya pada pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental anak dan remaja.
Ia juga membagi faktor-faktor penyebab itu ke dalam dua golongan (Graham,
1983), yaitu:
1. Faktor
Lingkungan
a. malnutrisi
(kekurangan gizi);
b. kemiskinan
di kota-kota besar;
c. gangguan
lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain-lain);
d. migrasi
(urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain);
e. faktor
sekolah (kesalahan mendidik, factor kurikulum, dan lain-lain);
f. keluarga
yang bercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain);
g. Gangguan
dalam pengasuhan oleh keluarga:
1.) kematian
orang tua;
2.) orang
tua sakit berat atau cacat;
3.) hubungan
antaranggota keluarga tidak harmonis;
4.) orang
tua sakit jiwa;
5.) kesulitan
dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak
memenuhi syarat dan lain-lain).
2. Faktor
pribadi:
a. faktor
bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan
lain-lain);
b. cacat
tubuh;
c. ketidakmampuan
untuk menyesuaikan diri.
Terbentuknya
suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan
kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam
hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap
putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan
pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat
berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang
bersifat positif dan mengesankan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang
timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau
tingkah laku.
Seorang
remaja sangat mudah terpengaruh oleh masyarakat dan mudah mengaplikasikan di
kehidupannya sebagai contoh di sekolah menengah pertama, merokok sudah dimulai
dan menyebar di berbagai kegiatan sosial mereka. Remaja merasa dirinya harus
lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya daripada
norma-norma orang dewasa atau lembaga. Mereka ingin dianggap hampir dewasa,
bukan anak-anak lagi.
Remaja sekarang, baik anak laki-laki
maupun perempuan tidak sedikit yang menganggap hal-hal simbolik dalam bentuk
perilaku menyimpang atau kenakalan remaja sebagai prestise. Bahkan fenomena itu
sekarang dimulai lebih awal, yaitu di akhir sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar