Aksiologis memuat pemikiran tentang masalah
nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan.Misalnya, nilai moral, nilai
agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologis ini juga mengandung pengertian
lebih luas dari pada etika atau higher
values of life (nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf tinggi).
Filsafat ilmu juga menyibukan diri dengan
berbagai masalah yang datang dari konsep-konsep khusus dalam statistik,
pengukuran, teologi, misalnya penjelasan peristiwa-peristiwa dipandang dari
tujuannya atau kesudahannya, penjelasan sebab-musabab, hubungan antara
ilmu-ilmu yang berbeda, keadaan di mana satu ilmu berkurang untuk ilmu lain,
dan konsep-konsep spesifik mengenai ilmu-ilmu satu per satu.
Dilihat dari jenisnya, paling tiddak terdapat
dua bagian umum dari aksiologi dalam membangun filsafat ilmu ini, yaitu
meliputi etika dan estetika.
1. Etika
Etika disebut sebagai kajian tentang hakikat
moral dan keputusan (kegiatan menilai).Etika merupakan standar prinsip atau
standar prilaku manusia, yang kadang-kadang disebut dengan “moral”.(Conny R.
Semiawan).
Ditinjau secara filosofis, sangat sukar
mengatakan semua itu sebagai hal yang objektif, sebab boleh dikatakan segala
sesuatau boleh dikatakan mengenai hampir semua keberadaan di alam ini adalah
hasil kesepakatan, yang dipelopori oleh individu-individu atau
kelompok-kelompok yang dipandang memiliki otoritas dalam suatu bidang, yang
kemudian diikuti oleh masyarakat luas. Meskipun demikian dapat disimpulkan
bahwa sifat ilmu pengetahuan pada umumnya universal, dapat dikomunikasikan dan
progresif.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat
yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia lain. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan
manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruknya.Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.
2. Estetika
Estetika mempelajari tentang hakikat
keindahan di dalam seni.Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji
tentang hekikat indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk
suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan
mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan
pembentukan mode-mode yang esteris dari suatu pengetahuan ilmiah tersebut.
A. Universal
Universal berarti berlaku umum.Salah satu
tuntutan yang harus dipenuhi oleh ilmu atau pengetahuan ilmiah, yaitu ilmu
harus berlaku umum, lintas ruang dan waktu, paling sedikit di bumi ini. Ini
juga dapat berarati hukum-huum fisika yang berlaku di Indonesia juga berlaku di
Amerika Serikat, baik sekarang maupu seratus tahun yang lalu, dengan beberapa
catatan, misalnya kondisi-kondisi yang rekevan di tempat-tempat dan di
waktu-waktu yang dibandingkan itu sama.
B. Dapat Dikomunikasikan (communicable)
Maksudnya, apabila bahsa tidak merupakan
kendala, pengetahuan itu bukan saja dimengerti sebatas artinya, tetapi juga
maknanya. Jadi, memberikan pengetahuan baru kepada orang lain dengan tingkat kepercayaan
cukup besar. Terpenuhinya dengan baik sifat intersubjektif suatu pengetahuan
sangat membantu menjadi communicable.
C. Progresif
Progresif dapat diartikan sebagai adanya
kemajuan, perkembangan, atau peningkatan.Sifat ini merupakan salah satu tuntutan
modern untuk ilmu.Sifat ini sangat didorong oleh ciri-ciri penalaran filosofis,
yaitu skeptis, menyeluruh (holistic, comprehensive).Mendasar (radical), kritis,
dan analitis yang menyatu dalam semua imajinasi dan penalaran ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar