Senin, 26 Desember 2016

Intelektualisme dan Spiritualisme



Buku berjudul Kurikulum 2013: sebuah inovasi struktur kurikulum penunjang masa depan (2013) karya loloek endah poerwanti memberikan gambaran tentang dasar-dasar pengembangan kurikulum 2013 dan praktik di lapangan. Dasar pengembangan kurikulum baru menurutnya terletak pada pentingnya mewujudkan konsep “kurikulum terintegrasi” (2015:15) sebagai perwujudan dari keberhasilan pendidikan di bidang spiritual, afektif, kognitif, dan konatif. Dasar penjabaran gagasannya diletakkan pada peraturan pemerintah No 20 tahun 2003 tentang standar pendidikan nasional. Standar pendidikan ini menurutnya tidak bisa dilepaskan dari standar keahlian yang telah diterbitkan oleh pemerintah sebelumnya, yakni peraturan presiden no 8 tahun 2013 tentang kerangka kualifikasi nasional Indonesia. Mengacu pada dasar pemikiran itu, dia membayangkan wujud pendidikan di Indonesia pada masa datang: “berdasarkan standar kualifikasi seperti itu, kemampuan yang dihasilkan setiap jenjang pendidikan tinggi bisa dibaca secara universal. Maksudnya, identitas yang berwujud world class university dapat dicapai karena dengan standar itulah hasil pengajaran universitas bisa diterima ‘dunia internasional’ (poerwanti, 2013:276).”
Kenapa nilai filosofis kebangsaan dalam dunia pendidikan itu penting? Hal itu karena sebuah praktik pembelajaran tidak pernah bisa dilepaskan dari dasar-dasar esensial atau niat dasar yang terdapat di dalam pelaku pendidikan. Niat dari guru serta manajemen yang mengitarinya menjadi batu dasar untuk menegakkan sebuah praktik pendidikan yang memadai bagi pengembangan budaya nasional.
Kualitas yang terdapat dalam pendidikan sekarang ini tampak jelas didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang mengatasnamakan ilmiah, rasional, efektivitas, dan efisiensi. Pertimbangan atas nama rasionalitas itulah yang kemudian menjadikan pendidikan di Indonesia adalah sebuah pendidikan yang kering. Praktik pengajaran mengedepankan epistemologi rasionalitas pencerahan ketimbang nilai-nilai metafisis.
Dalam kebudayaan, sebuah rasionalitas bertujuan bukanlah bagian paling penting karena proses untuk membantu rasionalitas tersebut juga menjadi bagian dari kualitas rasional tersebut.





Sumber: Saifur Rohman,Agus Wibowo.2016. Filsafat Pendidikan Masa Depan.Pustaka Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar