Sebenarnya
kurikulum (IPS) 2004 sudah melihat kemungkinan (mengantisipasi),
setidak-tidaknya untuk waktu sepuluh tahun ke depan dalam hal fenomena yang ada
baik di tingkat masyarakat lokal, nasional, maupun global. Tetapi itu hanya
kurikulum dalam bentuk ide dan dokumen, namun dalam bentuk kurikulum sebagai
implementasi (proses), masih akan sangat dipengaruhi oleh beberapa masalah,
yaitu:
1. Sebagai
besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar seperti cooperative learning, inquiry, problem
solving, atau dengan menggunakan pendekatan perspektif global misalnya.
2. Ketersediaan
alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah, ikut mempengaruhi proses
belajar mengajar IPS.
3. Karena
itu (point 1 dan 2), proses belajar mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk
pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya memperoleh hasil secara
fatual saja, dan tidak mendapat hasil proses.
4. Dalam
hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang mendapat
sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga
faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum memahami hakikat kurikulum baru
ini sebagaimana mestinya.
5. Sebagian
besar masyarakat Indonesia belum siap untuk menghadaptasi atau mengadopsi
budaya dan peradaban asing yang mulai merambah secara global, karena
berbenturan dengan nilai-nilai tradisi maupun agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar