Di dalam sistem epistemologi
manusia, Immanuel Kant menjelaskan tentang sumber-sumber pengetahuan yang
dijelaskan dari dua aspek, yakni a priori
dan a posteriori. Pengetahuan apriori diperoleh “dengan
sendirinya” oleh manusia yang memiliki potensi mencapai kekuatan-kekuatan transcendental.
Potensi itu diperoleh melalui kognisi setiap orang.
Sementara itu,
pengetahuan apostreriori merupakan
pengetahuan yang dicapai melalui intuisi terhadap dunia luar. Pengenalan
terhadap ruang-waktu sebagai bagian yang niscaya ketika kesadaran terbangun
merupakan pengalaman yang bersifat aposteriori.
Pengetahuan yang hendak
dibangun oleh Kant adalah sebuah bangunan yang didasarkan pada kekuatan rasio.
Dia meyakini adanya sebuah nalar murni karena nalar murni adalah nalar yang
bersifat niscaya dan alamiah. Bagi Kant, ketika konsepsi itu disusun, maka
susunan itu didasari oleh nalar. Melalui nalar, sebuah konsep bisa dipahami.
Itulah kenapa, pembedaan antara a
priori dan aposteriori itu merupakan pembedaan pengetahuan rasional yang
didasari oleh konsep-konsep yang dilahirkan oleh nalar murni. Konsepsi yang
dinamakan dengan pengetahuan itu menurut Kant dibagi menjadi dua, yakni kognisi
dan intuisi. Kognisi merupakan perangkat yang bekerja secara konsisten dalam
pola-pola tertentu. Sementara itu, intuisi adalah perangkat yang secara
simultan menghasilkan data-data tentang dunia luar. Ruang dan waktu merupakan
hasil intuisi subjektif yang hanya bisa dikenali ketika intuisi bekerja.
Sumber: Saifur Rohman,Agus Wibowo.2016.
Filsafat
Pendidikan Masa Depan.Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar