Senin, 26 Desember 2016

Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi



Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan. Menurut pengertian yang dikemukakan Eratosthenes, geographika berarti tulisan tentang bumi (Sumaatmadja, 1988: 31). Pengertian bumi dalam geografi tersebut, tidak hanya berkenaan dengan fisik alamiah bumi saja, melainkan juga meliputi segala gejala dan prosesnya, baik itu gejala dan proses alamnya, maupun gejala dan proses kehidupannya.
      Bagi Richoffen bidang kajian geografi tidak hanya mengumpulkan bahan-bahan yang kemudian disusun secara sistematik, tetapi harus dilakukan hubungan antara bahan-bahan tersebut untuk dikaji sebab akibat fenomena-fenomena di permukaan bumi yang memberikan sifat individualitas suatu wilayah. Sebab ruang lingkup geografi tidak sekedar fisik, melainkan juga termasuk gejala manusia dan lingkungan lainnya.
      Karl Ritter menyatakan bahwa bumi tidak hanya terbatas kepada bagian permukaan bumi yang dihuni manusia saja, melainkan juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni manusia, sejauh wilayah itu penting artinya bagi kehidupan manusia. Mengingat ilmu geografi sangat luas maka dapat dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu murni, terapan, eksak, noneksak, alam, dan social maka geografi sering disebut sebagai “ibu” atau “induk” ilmu pengetahuan.
      Alasan James memberikan sebutan sebagai “induk ilmu pengetahuan” kepada geografi, bukan hanya didasarkan atas realita bahwa observasi dan pengkajian ilmu pengetahuan lain diambil dari bagian-bagian permukaan bumi, melainkan didasarkan bahwa perkembangan geografi ini telah bagitu tua, sejalan dengan pemikiran filosofis tentang terjadinya alam semesta dengan kehidupannya, mulai dari zaman Herodotus pada tahun 480-430 sebelum masehi.
      Secara sederhana, dapat dikemukakan bahwa cakupan dan peranan geografi itu setidaknya memiliki empat hal, seperti yang dikemukakan dari hasik penelitian UNESCO (1965: 12-35) maupun Lounsbury (1975: 1-6), sebagai berikut.
1.      Geografi sebagai suatu sintesis
Artinya, pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab substansi pertanyaan-pertanyaan tentang what, where, when, why, dan how. Pada hakikatnya proses studi semacam itu adalah suatu sintesis karena yang menjadi pokok penelaah mencakup, apa yang akan ditelaah, di mana adanya, mengapa demikian, kapan terjadinya, serta bagaimana melaksanakannya?
2.      Geografi sebagai suatu penelaah gejala dan relasi keruangan
Dalam hal ini geografi berperan sebagai “pisau” analisis terhadap fenomena-fenomena, baik alamiah maupun insaniah. Selain itu, geografi pun berperan sebagai suatu kajian yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interpedensi satu aspek tertentu dengan lainnya.
3.      Geografi sebagai disiplin tata guna lahan
Di sini, titik beratnya pada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang harus semakin ditingkatkan. Sebab pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dewasa ini, menuntut peningkatan sarana yang menunjang, baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut, seperti tempat pemukiman, jalan raya, bangunan public, tempat rekreasi, dan sebagainya, semuanya membutuhkan perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4.      Geografi sebagai bidang ilmu penelitian
Hal itu dimaksudkan agar dua hal dapat tercapai, yaitu sebagai berikut.
a)      Meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin geogafi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat. Oleh karena itu, dalam tataran ini perlu dikembangkan lebih jauh tentang struktur ilmu yang menyangkut fakta, konsep, generalisasi, dan teori dari ilmu yang bersangkutan.
b)      Meningkatkan penelitian praktis untuk kepentingan kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia (Sumaatmadja, 1988: 41).
Dari tinjauan ilmuwan geografi kontemporer bahwa secara sederhana geografi merupakan disiplin akademik yang terutama berkaitan dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan bumi. Fokusnya adalah sifat dan saling keterkaitan anatara tiga konsep, yaitu lingkungan, tata ruang, dan tempat (Johnston, 2000: 403). Dalam perkembangannya, muncul beberapa subbidang yang beragam, seperti geografi fisik, geografi manusia (sosial), dan geografi regional. Geografi fisik dan social memiliki cabang-cabang yang sistematis, bergerak dari sifat deskriptif menuju analitis dengan pendekatan positivisme yang menekankan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang semakin menonjol. Untuk kajian geografi fisik dan manusia ini akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya. Sedangkan untuk geografi regional yang mempelajari sifat-sifat khusus masing-masing kawasan --yang didefinisikan sebagai wilayah permukaan bumi yang dibatasi oleh kriteria tertentu-- yang secara metodologis adalah lemah.
Sebagaimana sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam geografi terdiri atas tiga cakupan kajian saling berkaitan satu sama lain, terutama mencakup lingkungan, tata ruang, dan tempat.
1.      Lingkungan
Lingkungan alamiah pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri (tidak banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukaan air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukaan itu, dan atmosfer yang terdapat di suatu wilayah memengaruhi iklim di sekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah di bawahnya (Johnston, 2000: 404).
      Beberapa subdisiplin yang terbesar adalah geomorfologi, yakni studi tentang bentuk permukaan tanah dalam berbagai skala ruang dan proses pembentukannya. Tidak sedikit para ahli geomorfologi menaruh perhatian khusus pada fungsi air sebagai salah satu pembentuk permukaan tanah sehingga terjalin hubungan erat dengan hidrologi. Sementara itu, para ahli yang lain berminat pada pertanahan yang berhubungan erat dengan pedologi. Di samping itu, pengelompokan yang lebih kecil lagi adalah klimatologi yang berhubungan dengan meteorology. Dan biogeografi, yang lebih memfokuskan pada tumbuh-tumbuhan daripada binatang, dengan demikian lebih banyak kerja sama dengan para ahli ekologi dan botani daripada ahli zoology (Johnston, 2000: 404).
2.      Tata Ruang
Secara implisit telah dikemukakan bahwa jika para ahli geografi fisik lebih memfokuskan pada lingkungan alamiah maka untuk geografi manusia lebih memfokuskan pada penempatan dan penggunaan lahan  oleh manusia, dan inilah yang dikategorikan tata ruang. Dengan demikian, tata ruang merupakan fokus kajian bagi para ahli geografi manusia. Hal itu bukan semata-mata kerena penggunaan lahan oleh manusia selama sekian dekade menjadi topik yang penuh perhatian, tetapi juga esensi dalam berbagai skala (antara perkotaan dan pedesaan) terdapat hubungan yang erat, selain dengan lingkungan fisiknya juga sosialnya.
      Yang membagi pokok-pokok bahasan disiplin geografi manusia ini menjadi lima, yaitu
(a)    pola-pola titik, seperti bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian;
(b)   pola-pola garis, khususnya jaringan transportasi;
(c)    pola-pola pergerakan, seperti aliran di antara berbagai jaringan, orang, barang, dan informasi;
(d)   variasi bentuk permukaan dalam suatu fenomena yang berkesinambungan, misalnya peta kepadatan penduduk dan peta harga tanah di suatu daerah perkotaan;
(e)    penyebaran dalam tata ruang, seperti penyebaran penyakit dalam suatu jaringan dan pelintasan permukaan wilayah.
Menurut Johnston (2000: 406), terdapat empat subdisiplin yang saling bersinggungan dan berpotongan yang mencerminkan hubungannya dengan ilmu sosial lain, yakni
a)      geografi ekonomi yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu ekonomi;
b)      geografi sosial yang bersinggungan dan berpotongan dengan sosiologi;
c)      geografi politik yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu politik;
d)      geografi kultural yang bersinggungan dan berpotongan dengan antropologi budaya.

3.      Tempat
Di atas telah dikemukakan bahwa geografi muncul sebagai disiplin akademis tentang tempat-tempat. Di dalamnya terdapat kegiatan mengidentifikasi interelasi, membanding-bandingkan, serta menampilkan informasi mengenai berbagai bagian dunia. Setelah berkembang lebih jauh, para praktisi memandang perlu untuk lebih mempercanggih metodologi kerja daripada mengumpulkan informasi, memetakan, dan membuat katalog.
      Sebagaimana telah dikemukakakan sebelumnya bahwa geografi secara makro dapat dikelompokkan dalam dua subdisiplin, yakni geografi fisik dan geografi manusia yang disebut oleh sebagian para ahli sebagai geografi sosial. Dalam kajian tulisan ini lebih memfokuskan kepada kajian geografi manusia atau sosial.
      Geografi sosial adalah sebuah subdisiplin geografi yang subjeknya mengaitkan ilmu-ilmu sosial dan ilmiah, serta meliputi topik-topik mulai dari tektonik sampai psikoanalisis (Smith, 2000: 981).
      Adapun cabang-cabang dari geografi manusia (human geography) mencakup geografi ekonomi (economic geography), geografi politik (political geography), geografi urban (urban geography), geografi sejarah (historical geography), geografi populasi (population geography), geografi sosial (social geography), dan sistem informasi geografis (geographical information system).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar