Geografi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti lukisan atau
tulisan. Menurut pengertian yang dikemukakan Eratosthenes, geographika berarti tulisan
tentang bumi (Sumaatmadja, 1988: 31). Pengertian bumi dalam geografi tersebut, tidak hanya berkenaan dengan fisik
alamiah bumi saja, melainkan juga meliputi segala gejala dan prosesnya, baik
itu gejala dan proses alamnya, maupun gejala dan proses kehidupannya.
Bagi Richoffen bidang kajian geografi
tidak hanya mengumpulkan bahan-bahan yang kemudian disusun secara sistematik,
tetapi harus dilakukan hubungan antara bahan-bahan tersebut untuk dikaji sebab
akibat fenomena-fenomena di permukaan bumi yang memberikan sifat individualitas
suatu wilayah. Sebab ruang lingkup geografi tidak sekedar fisik, melainkan juga
termasuk gejala manusia dan lingkungan lainnya.
Karl Ritter menyatakan bahwa bumi tidak
hanya terbatas kepada bagian permukaan bumi yang dihuni manusia saja, melainkan
juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni manusia, sejauh wilayah itu penting
artinya bagi kehidupan manusia. Mengingat ilmu geografi sangat luas maka dapat
dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu murni,
terapan, eksak, noneksak, alam, dan social maka geografi sering disebut sebagai
“ibu” atau “induk” ilmu pengetahuan.
Alasan James memberikan sebutan sebagai
“induk ilmu pengetahuan” kepada geografi, bukan hanya didasarkan atas realita
bahwa observasi dan pengkajian ilmu pengetahuan lain diambil dari bagian-bagian
permukaan bumi, melainkan didasarkan bahwa perkembangan geografi ini telah
bagitu tua, sejalan dengan pemikiran filosofis tentang terjadinya alam semesta
dengan kehidupannya, mulai dari zaman Herodotus pada tahun 480-430 sebelum
masehi.
Secara sederhana, dapat dikemukakan bahwa
cakupan dan peranan geografi itu setidaknya memiliki empat hal, seperti yang
dikemukakan dari hasik penelitian UNESCO (1965: 12-35) maupun Lounsbury (1975:
1-6), sebagai berikut.
1. Geografi
sebagai suatu sintesis
Artinya,
pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab substansi
pertanyaan-pertanyaan tentang what,
where, when, why, dan how. Pada
hakikatnya proses studi semacam itu adalah suatu sintesis karena yang menjadi
pokok penelaah mencakup, apa yang akan ditelaah, di mana adanya, mengapa
demikian, kapan terjadinya, serta bagaimana melaksanakannya?
2. Geografi
sebagai suatu penelaah gejala dan relasi keruangan
Dalam hal
ini geografi berperan sebagai “pisau” analisis terhadap fenomena-fenomena, baik
alamiah maupun insaniah. Selain itu, geografi pun berperan sebagai suatu kajian
yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interpedensi satu aspek
tertentu dengan lainnya.
3. Geografi
sebagai disiplin tata guna lahan
Di sini,
titik beratnya pada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang
harus semakin ditingkatkan. Sebab pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dewasa
ini, menuntut peningkatan sarana yang menunjang, baik menyangkut kualitas
maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut, seperti tempat pemukiman, jalan
raya, bangunan public, tempat rekreasi, dan sebagainya, semuanya membutuhkan
perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4. Geografi
sebagai bidang ilmu penelitian
Hal itu
dimaksudkan agar dua hal dapat tercapai, yaitu sebagai berikut.
a)
Meningkatkan
pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin geogafi itu sendiri yang dinamis
sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat. Oleh karena itu,
dalam tataran ini perlu dikembangkan lebih jauh tentang struktur ilmu yang
menyangkut fakta, konsep, generalisasi, dan teori dari ilmu yang bersangkutan.
b)
Meningkatkan
penelitian praktis untuk kepentingan kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan
umat manusia (Sumaatmadja, 1988: 41).
Dari tinjauan ilmuwan geografi kontemporer bahwa
secara sederhana geografi merupakan disiplin akademik yang terutama berkaitan
dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam
distribusi lokasi di permukaan bumi. Fokusnya adalah sifat dan saling
keterkaitan anatara tiga konsep, yaitu lingkungan,
tata ruang, dan tempat (Johnston,
2000: 403). Dalam perkembangannya, muncul beberapa subbidang yang beragam,
seperti geografi fisik, geografi manusia (sosial), dan geografi regional.
Geografi fisik dan social memiliki cabang-cabang yang sistematis, bergerak dari
sifat deskriptif menuju analitis dengan pendekatan positivisme yang menekankan
pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori yang
semakin menonjol. Untuk kajian geografi fisik dan manusia ini akan diuraikan
pada pembahasan selanjutnya. Sedangkan untuk geografi regional yang mempelajari
sifat-sifat khusus masing-masing
kawasan --yang didefinisikan sebagai wilayah permukaan bumi yang dibatasi oleh
kriteria tertentu-- yang secara metodologis adalah lemah.
Sebagaimana sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam
geografi terdiri atas tiga cakupan kajian saling berkaitan satu sama lain,
terutama mencakup lingkungan, tata ruang, dan tempat.
1. Lingkungan
Lingkungan
alamiah pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri (tidak
banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukaan air di wilayah
itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah yang menutupi
permukaan itu, dan atmosfer yang terdapat di suatu wilayah memengaruhi iklim di
sekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah di bawahnya
(Johnston, 2000: 404).
Beberapa subdisiplin yang terbesar adalah geomorfologi, yakni studi tentang bentuk
permukaan tanah dalam berbagai skala ruang dan proses pembentukannya. Tidak
sedikit para ahli geomorfologi menaruh perhatian khusus pada fungsi air sebagai
salah satu pembentuk permukaan tanah sehingga terjalin hubungan erat dengan hidrologi. Sementara itu, para ahli yang
lain berminat pada pertanahan yang berhubungan erat dengan pedologi. Di samping itu, pengelompokan yang lebih kecil lagi
adalah klimatologi yang berhubungan
dengan meteorology. Dan biogeografi, yang lebih memfokuskan pada
tumbuh-tumbuhan daripada binatang, dengan demikian lebih banyak kerja sama
dengan para ahli ekologi dan botani daripada ahli zoology (Johnston, 2000: 404).
2.
Tata Ruang
Secara
implisit telah dikemukakan bahwa jika para ahli geografi fisik lebih
memfokuskan pada lingkungan alamiah maka untuk geografi manusia lebih
memfokuskan pada penempatan dan penggunaan lahan oleh manusia, dan inilah yang dikategorikan
tata ruang. Dengan demikian, tata ruang merupakan fokus kajian bagi para ahli
geografi manusia. Hal itu bukan semata-mata kerena penggunaan lahan oleh
manusia selama sekian dekade menjadi topik yang penuh perhatian, tetapi juga
esensi dalam berbagai skala (antara perkotaan dan pedesaan) terdapat hubungan
yang erat, selain dengan lingkungan fisiknya juga sosialnya.
Yang membagi pokok-pokok bahasan disiplin
geografi manusia ini menjadi lima, yaitu
(a)
pola-pola
titik, seperti bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian;
(b)
pola-pola
garis, khususnya jaringan transportasi;
(c)
pola-pola
pergerakan, seperti aliran di antara berbagai jaringan, orang, barang, dan
informasi;
(d)
variasi
bentuk permukaan dalam suatu fenomena yang berkesinambungan, misalnya peta
kepadatan penduduk dan peta harga tanah di suatu daerah perkotaan;
(e)
penyebaran
dalam tata ruang, seperti penyebaran penyakit dalam suatu jaringan dan
pelintasan permukaan wilayah.
Menurut
Johnston (2000: 406), terdapat empat subdisiplin yang saling bersinggungan dan
berpotongan yang mencerminkan hubungannya dengan ilmu sosial lain, yakni
a)
geografi
ekonomi yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu ekonomi;
b)
geografi
sosial yang bersinggungan dan berpotongan dengan sosiologi;
c)
geografi
politik yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu politik;
d)
geografi
kultural yang bersinggungan dan berpotongan dengan antropologi budaya.
3. Tempat
Di
atas telah dikemukakan bahwa geografi muncul sebagai disiplin akademis tentang
tempat-tempat. Di dalamnya terdapat kegiatan mengidentifikasi interelasi,
membanding-bandingkan, serta menampilkan informasi mengenai berbagai bagian
dunia. Setelah berkembang lebih jauh, para praktisi memandang perlu untuk lebih
mempercanggih metodologi kerja daripada mengumpulkan informasi, memetakan, dan
membuat katalog.
Sebagaimana telah dikemukakakan sebelumnya
bahwa geografi secara makro dapat dikelompokkan dalam dua subdisiplin, yakni
geografi fisik dan geografi manusia yang disebut oleh sebagian para ahli
sebagai geografi sosial. Dalam kajian tulisan ini lebih memfokuskan kepada
kajian geografi manusia atau sosial.
Geografi
sosial adalah sebuah subdisiplin geografi yang subjeknya mengaitkan ilmu-ilmu
sosial dan ilmiah, serta meliputi topik-topik mulai dari tektonik sampai
psikoanalisis (Smith, 2000: 981).
Adapun cabang-cabang dari geografi manusia
(human geography) mencakup geografi
ekonomi (economic geography),
geografi politik (political geography),
geografi urban (urban geography),
geografi sejarah (historical geography),
geografi populasi (population geography),
geografi sosial (social geography),
dan sistem informasi geografis (geographical
information system).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar