Senin, 26 Desember 2016

Teknik Pengumpulan Data



Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen , di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain-lain. Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
            Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.
1.      Pengumpulan data dengan Observasi
a.      Macam-macam Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang dipeoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
            Marshall (1995) menyatakan bahwa “melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut”.
            Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasi observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Speadley, dalam susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
1)      Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengn observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
            Seperti telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
a)      Partisipasi pasif (passive participation): jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b)      Partisipasi moderat (moderate participation): dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
c)      Partisipasi aktif (active participation): dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
d)     Partisipasi lengkap (complete participation): dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudahterlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
                                                                                                             
2)      Observasi terus terang atau tersamar.
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersama dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau ada suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3)      Observasi tak berstruktur
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pegamatan.

b.      Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahw manfaat observasi adalah sebagai berikut.
1)      Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
2)      Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3)      Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4)      Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara kerena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5)      Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar pesepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komperhensif.
6)      Melalui pengamatan di lapangan, peniliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

c.       Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
1)      Place, atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
2)      Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3)      Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
1)      Space: ruang dalam aspek fisiknya.
2)      Actor: yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi sosial.
3)      Activity: yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang.
4)      Object: yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu.
5)      Act: yaitu perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu.
6)      Event: yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang.
7)      Time: yaitu urutan kegiatan.
8)      Goal: yaitu tujuan yang ingin dicapai orang-orang.
9)      Feeling: emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang-orang.


d.      Tahapan Observasi
Menurut Spradley (1980) tahapan observasi ditunjukkan seperti gambar 1.2.3 berikut. Berdasarkan gambar 1.2.3 berikut terlihat bahwa, tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi.







1
 

2
 

3
 
 


TAHAP DESKRIPSI
Memasuki situasi sosial: ada tempat, aktor, aktivitas
TAHAP REDUKSI
Menentukan Fokus: memilih diantara yang telah dideskripsikan
TAHAP SELEKSI
Mengurangi fokus: menjadi komponen yang lebih rinci
                                          Gambar 1.2.3 Tahap Observasi
                                                                 
1)      Observasi deskripsif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai ground tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.

2)      Observasi Terfokus
Pada tahapan ini peneliti sudah melakukan mini tour  observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

3)      Observasi terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/ perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kotegori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut Spradley, observasi terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.

2.      Pengumpulan data dengan wawncara/interview
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dakan suatu topik tertentu.
            Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harul diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi parsitipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya.
a.      Macam-macam Interview/wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
1)      Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-petanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa wawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi laincar.
2)      Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3)      Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

b.      Langkah-langkah wawancara
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu
1)      Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2)      Menyiapkan pokok-pok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
3)      Mengawali atau membuka alur wawancara
4)      Melangsungkan alur wawancara
5)      Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6)      Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7)      Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

c.       Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Molleong (2002) menggunakan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
1)      Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di tempat kerja dan lain-lain. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkonstruksikan profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya. Contoh: bagaimana pengalaman bapak selama menjabat lurah di sini?
2)      Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Ada kalanya peneliti ingin minta pendapat kepada inform terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu peneliti pertanyaan yang dilontarkan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut. Sebagai contoh: bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan pak Lurah yang menyatakan bahwa masyarakat di sini partisipasi dalam pembangunan cukup tiggi. Bagaimana pendapat anda terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)?
3)      Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikhomotorik. Namun demikian perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-lama diarahkan pada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contoh, seperti ada masalah, apa yang sedang anda rasakan? Bagaimana rasanya menjadi relawan di Aceh?
4)      Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. Contoh: bagaimana proses terjadinya gempa tsunami? Berapa orang di sini yang terkena? Berapa bangunan rumah penduduk dan bangunan pemerintah yang rusak?
5)      Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa. Pada saat anda mendengarkan ceramah Pak Bupati, bagaimana tanggapan masyarakat petani? Pada saat melihat akibat gempa di Pulau Nias, bagaimana peran pemerintah daerah. Anda kan telah makan buah itu, bagaimana rasanya?
6)      Pertanyaan berkaitan dengan Latar Belakang atau Demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain. Contoh: di mana dia dilahirkan? Sekarang usianya berapa? Bekerja di mana? Sedang menjabat apa sekarang?
            Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Moleong (2002) mengklasifikasi jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut.
1)      Pertnyaan hipotesis: jika modal asing masuk ke sini, bagaimana dinamika kehidupan masyarakat nanti?
2)      Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon. Anggaran pendidikan akan dinaikan sampai 20% dari APBN, bagaimana pendapat anda?
3)      Pertanyaan yang menantang informan untuk merespon dengan memberikan hipotesis alternatif. Adakah alternatif lain cara mengatur lalu lintas supaya tidak macet? Bagaimana cara penerimaan pegawai yang bebas dari KKN?
4)      Pertanyaan interpretatif adalah suatu pertanyaan yang menyarankan kepada informan untuk memberikan interpretasinya tentang suatu kejadian. Menurut anda, bagaimana pembangunan dalam berbagai bidang setelah otonomi daerah?
5)      Pertanyaan yang memberikan saran. Apakah saran yang anda berikan dalam rangka pemilihan Kepala Daerah secara langsung?
6)      Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan. Mengapa anda tidak ikut kerja bhakti di hari minggu kemarin?
7)      Pertanyaan untuk mendapatkan argumentasi. Bagaimana pendapat anda bila tempat ini akan dibangun Mall?
8)      Pertanyaan untuk mengungkap sumber data tambahan. Saya telah menanyakan peristiwa itu kepada pak Lurah, mungkin ada orang lain yang lebih tahu?
9)      Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu. Apakah anda yakin kalau kebijakan menaikan BBM dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin?
10)  Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini informan diminta untuk memberikan informasi tambahan. Saya telah mendapatkan data kenakalan remaja di sini dari pak RT, apakah anda punya tambahan informasi?

d.      Alat alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut.
1.      Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. Sekarang sudah banyak komputer yang kecil, notebook yang dapat digunakan untuk membantu mencatatn data hasil wawancara.
2.      Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tap recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kenapa informan apakah dibolehkan atau tidak.
3.      Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.



e.       Mencatat wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak terstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikontruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.

3.      Teknik Pengumpulan data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
            Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

4.      Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar