Kemajuan ilmu dan teknologi, yang semula
untuk memudahkan urusan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka muncul
“kesepian” dan “keterasingan baru”, yakni lunturnya rasa solidaritas,
kebersamaan dan silaturrahim. Contohnya, penemuan televise, computer, dan
handphone telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar.
Pada ilmu bioteknologi, perkembangan yang
dicapai sangat maju, seperti rekayasa genetika dan teknologi cloning menandakan
kemajuan yang begitu dahsyat sehingga mengkhawatirkan semua kalangan.
Contohnya, rekayasa genetika yang dulunya diharapkan untuk mengobati penyakit
keturunan, seperti diabetes sekarang rekayasa tidak hanya untuk tujuan
pengobatan, tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru yang sama sekali
berbeda, baik dari postur fisik maupun sifat-sifatnya.
Krisis kemanusiaan tidak saja terjadi akibat teknologi
maju, tetapi juga akibat dari kecenderungan, ideologi, dan gagasan yang tidak
utuh. Contohnya, ide dan gerakan emansipasi yang dikumandangkan oleh para
penggerak fenimisme, yang mendorong agar wanita diberi kesempatan yang sama di
area publik dengan laki-laki.
Kalau sebelum penemuan teknologi maju,
manusia terpenjara atau ditentukan oleh alam dan tuhan, maka pada kemajuan
teknologi terpenjara oleh teknologi itu sendiri. Artinya, bertambah maju
teknologi bertambah banyak aspek yang memenjarakan manusia.
Setelah ditemukan kemajuan teknologi yang
begitu hebat, ternyata tanpa disadari teknologi itu pun memenjarakan manusia.
Artinya, penjara manusia tidak berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapi
semakin bertambah. Dia harus sadar bahwa teknologi bukan tujuan, tetapi sekadar
sarana untuk memudahkan urusan.
Jika kita tidak mau kehilangan eksistensi
kemanusiaan dan terhindar dari krisis kemanusiaan, maka kita harus berjuang
untuk membebaskan diri dari kungkungan teknologi kembali pada eksistensi awal,
yakni manusia yang kreatif dan dinamis.
Prof.
Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, 2004, Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar