Rabu, 21 Desember 2016

Filosofi Agama



Tiap kali filosofi agama dikaitkan dengan suatu studi reflektif dan metodis, berdasarkan prinsip ilmiah mengenai fenomena sesuatu yang  terjadi, itu disebut agama atau dimensi religious. Di sini, masuk suatu norma atau kriteria lain secara metodologis ilmu-ilmu agama tidak boleh menentukan apakah agama ini atau itu benar atau tidak, rasional atau tidak. Ilmu-ilmu agama harus tinggal dalam bidang deskriptif fenomenologis, tanpa evaluasi ontologis, nilai terakhir dari kebenaran objektif agama tidak masuk dalam batas-batas metodologis ilmu-ilmu agama sebagaimana dipahami dewasa ini. Filosofis agama, sebaliknya bercita-cita membicarakan masalah nilai, kebenaran, rasionalitas atau tidak rasional dari agama memang sulit untuk mencapai semacam keputusan mengenai pernyataan-pernyataan fundamental dari agama. Oleh sebab itu, filosofi agama dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya dalam arti kontemporer.
Apakah filosofi dan filosofi ketuhanan bisa disamakan satu sama lain? Sampai batas tertentu, ya, karena Tuhan adalah pokok yang terpenting dari agama-agama besar yang monotheis. Tetapi, secara teoretis, filosofi agama menyangkut juga tema-tema lain daripada Tuhan, misalnya doa-doa, moralitas religius dan lain-lain.
Penelaah tentang Allah dalam filsafat, sering disebut teologi kodarati dan juga teodise, terutama waktu lampau, sebelum terjadinya pembaharuan, dan dalam konteks itu, yang ditelaah adalah Allah sebagaimana dikenal oleh akal yang disebut “kodrati”. Dengan demikian, teologi kodrati berbeda dengan teologi adikodrati atau suci, yang dasarnya adalah wahyu yang disampaikan kepada umat manusia dalam iman kepercayaan.[1]


[1] Prof. Dr. Dra. Hj. Erliana Hasan, M.Si. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu pemerintahan. 2011. Ghalia Indonesia. Hal. 80-81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar