Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang
membicarakan hakikat sesuatu yang ada.Istilah ontologi berasal dari bahasa
yunani, yaitu ta onta yang berarti ‘yang berada’, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau
ajaran.Dengan demikian Ontologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
yang berada. (Dr. A. Susanto, M.Pd. 2011)
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh
Rudolf Goclenius pada tahun 1636.Ontology tersebut diperkenalkan untuk menamai
teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.Dalam perkembangannya
metafisika terbagi menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology. (Christian
Wolff, 1679-1757)
Dengan demikian, metafisika umum atau
ontology merupakan cabang dari disiplin ilmu filsafat yang mempelajari prinsip
paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.Sedangkan
metafisika khusus masih terbagi kedalam kosmologi, psikologi, dan
teologi.Kosmologi merupakan cabang ilmu yang secara khusus membahas tentang
alam semesta.Psikologi merupakan cabang ilmu filsafat yang secara khusus
membahas tentang gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan teologi merupakan
cabang ilmu filsafat yang membahas tentang Tuhan.
Ontology keilmuan juga merupakan penafsiran
tentang hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan.Penafsiran metafisik
keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologism sebagaimana
adanya (das sein) dengan deduksi-deduksi yang dapat
diverifikasi secara fisik.Ini berarti, bahwa secara metafisik ilmu terbebas
dari nilai-nilai dogmatis.Suatu pernyataan diterima sebagai premis dalam
argumentasi ilmiah hanya setelah melalui pengkajian atau penelitian berdasarkan
epistimologi keilmuan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut maka
langkah pertama adalah melakukan penelitian untuk menguji konsekuensi
deduktifnya secara empiris, sejalan dengan apa yang dikatakan Einsten dalam
Zainuddin (2006: 27) bahwa : “Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan
fakta pula, apa pun teori yang disusunnya”.
Memaksakan nilai-nilai moral secara dogmatic
ke dalam argumentasi ilmiah hanya akan mendorong ilmu surut kebelakang (set back) ke zaman pra-copernicus dan
kemungkinan mengundang berlangsungnya inquisi ala Galileo (1564-1642) pada
zaman modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar