Senin, 26 Desember 2016

Definisi Ontologi



Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada.Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu ta onta yang berarti ‘yang berada’, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran.Dengan demikian Ontologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. (Dr. A. Susanto, M.Pd. 2011)
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636.Ontology tersebut diperkenalkan untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.Dalam perkembangannya metafisika terbagi menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology. (Christian Wolff, 1679-1757)
Dengan demikian, metafisika umum atau ontology merupakan cabang dari disiplin ilmu filsafat yang mempelajari prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.Sedangkan metafisika khusus masih terbagi kedalam kosmologi, psikologi, dan teologi.Kosmologi merupakan cabang ilmu yang secara khusus membahas tentang alam semesta.Psikologi merupakan cabang ilmu filsafat yang secara khusus membahas tentang gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan  teologi merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas tentang Tuhan.
Ontology keilmuan juga merupakan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek ontologis keilmuan.Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologism sebagaimana adanya (das sein) dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi secara fisik.Ini berarti, bahwa secara metafisik ilmu terbebas dari nilai-nilai dogmatis.Suatu pernyataan diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah hanya setelah melalui pengkajian atau penelitian berdasarkan epistimologi keilmuan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan tersebut maka langkah pertama adalah melakukan penelitian untuk menguji konsekuensi deduktifnya secara empiris, sejalan dengan apa yang dikatakan Einsten dalam Zainuddin (2006: 27) bahwa : “Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apa pun teori yang disusunnya”.
Memaksakan nilai-nilai moral secara dogmatic ke dalam argumentasi ilmiah hanya akan mendorong ilmu surut kebelakang (set back) ke zaman pra-copernicus dan kemungkinan mengundang berlangsungnya inquisi ala Galileo (1564-1642) pada zaman modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar